Novel Shikamaru Hiden Chapter 13

Posted at  January 18, 2017  |  in  






Ia tak dapat menyangkal apa yang telah Gengo katakan…



Shikamaru merasa kebingungan akibat kondisi hatinya yang terguncang.



Ia jauh-jauh datang kemari untuk membunuh Gengo.



Ia sungguh percaya bahwa dia merupakan sebuah penghalang menuju jalan perdamaian shinobi.



Karena ia mempercayai hal itulah maka Shikamaru menempuh jalan ini tanpa memberitahu yang sebenarnya kepada satupun temannya.



Namun kini, saat Gengo berdiri di depan matanya, saat ia mendengarkan apa yang dikatakannya, Shikamaru tak yakin apakah jalan berpikirnya adalah yang benar.



“Apakah kau pernah berpikir mengapa perang terus terulang tanpa henti di dunia ini?" Tanya Gengo.



Kenyataannya adalah Shikamaru tak pernah sekalipun memikirkan hal itu.



Dari awal terbentuknya kontinen ini, begitu banyak negara yang terus mengulang pertempuran yang sama satu sama lain, lagi dan lagi, melewati pasang surut seperti yang mereka lakukan.



Dan diantara jarak hubungan negara-negara itu, shinobi hadir dan menawarkan kemampuan mereka dengan sejumlah harga, untuk mendapatkan persediaan. Dan begitulah bagaimana hal terus berlanjut, sehingga kata ‘perang’ tak tampak berlaku.



Shikamaru selalu khawatir dengan permasalahan dari dunia shinobi sendiri. Tak seperti Gengo, ia tak pernah mempertimbangkan seluruh dunia.



Pemikiran Shikamaru hanya selalu tentang bagaimana cara mengamankan masa depan shinobi. Bagaimana cara mempertahakan hubungan yang damai antar desa. Seberapa efektif Persatuan Shinobi dalam hal itu. Bagaimana cara menjadikan Naruto sebagai Hokage. Bagaimana cara membangun fondasi yang kuat untuk generasinya.



Kekhawatiran Shikamaru tampak jauh lebih kecil dibanding dengan apa yang Gengo khawatirkan. Fokusnya bukan hanya pada dunia shinobi, tapi seluruh dunia.



“Tidakkah kau berpikir bahwa pertempuran tak pernah berhenti karena Daimyou memerintah segalanya, daripada shinobi? Karena orang-orang yang tak memiliki chakra ataupun jutsu terus bertemu, setiap saat mereka berpapasan, maka perang ini tak akan berakhir. Karena tak ada orang yang luar biasa di antara mereka, tak ada negara yang lebih kuat dari yang lainnya, dan dengan demikian, tak ada satupun yang terus memantaunya. Sehingga negara-negara terus berperang dan berdamai, lagi dan lagi, dan dunia penuh peperangan ini akan terus berlanjut. Aku memberitahumu tentang sebuah jalan yang akan meletakkan akhir dari semua itu. Dengan kekuatan shinobi, aku dan para Kakusha-ku akan meraih apa yang tak pernah orang lain raih sebelumnya : penyatuan kontinen.”



“Penyatuan kontinen…” gumam Shikamaru.



Gengo memberikan anggukan puas pada ia saat menggemakan kata-katanya.



“Sejak awal, dunia ini selalu tentang ‘yang terkuatlah yang akan terus hidup’. Cara hidup seperti ini tak hanya ada untuk binatang. Bahkan binatang yang disebut manusia belum bisa menyingkirkan diri mereka dari sana. Dalam kasus itu, bukankah yang pantas bagi pemegang kekuatan yang sebenarnya, shinobi, memerintah sebagai yang terkuat, berada di atas hirarki ini? Revolusi yang kubicarakan tepatnya adalah: untuk mengubah dunia yang tak normal ini menjadi sebaik mungkin.”



Berpikir bahwa shinobi lah yang seharusnya mengontrol dunia …



…mungkin tidak salah.



“Shikamaru-dono.”



Suara Rou datang dari belakang. Shikamaru memutar kepalanya dan melirik ke arah pria itu dari bahunya.



“Bukankah itu seperti yang Gengo-sama telah katakan?” Tanya Rou.



“Mengapa shinobi selalu dimanfaatkan oleh Daimyou? Saya adalah anggota Anbu. Saya telah melihat sisi buruk Daimyou berkali-kali. Mereka berpikir bahwa kita tak lebih dari sekedar alat. Sahabatku merupakan seorang pria yang digunakan sebagai alat dalam perang antara Negara Api dan Negara Angin. Saat kedua negara itu mendeklarasikan gencatan senjata, dia disingkirkan.”



Setetes airmata mengalir dari mata Rou yang basah.



“Sebuah penghalang.”



“…Aku juga berpikir begitu, kau tahu.”



Kali ini, sebuah bisikan lemah datang dari mulut Soku. Saat Shikamaru mengalihkan pandangan ke arahnya, ia dapat melihat banyak luka lebam berwarna biru gelap mewarnai wajah kecilnya. Meskipun dia  masih anak-anak, Gengo tak segan-segan memberikan perintah pada bawahannya untuk menyiksanya bersama Rou.



“Aku pikir apa yang Gengo katakan benar, kau tahu.”



“Hinoko…”



“Bukan hanya Daimyou, tapi juga semua penduduk yang tinggal di negara yang mereka perintah, kau tahu.”



Soku bahkan tak peduli bahwa Shikamaru memanggilnya dengan nama asli, terus berbicara dengan penuh amarah.



“Tak peduli seberapa baiknya kau pada manusia biasa, saat mereka mendengar bahwa kau adalah shinobi, mereka akan mengawasimu dengan sudut mata mereka. Tatapan di mata itu…mengerikan …mencurigakan…menandai kita sebagai yang ‘berbeda’. Kenapa kita harus menumpahkan darah, keringat, dan airmata untuk baj****n seperti mereka? A- Aku tak tahu kenapa, kau tahu!”



Meskipun Gengo-lah yang telah memberikan perintah yang menghasilkan luka lebam di kulitnya, Soku melihat pria itu dengan kekaguman, seolah telah benar-benar melupakan kenyataan itu.



“Kau lihat? Bahkan teman-temanmu setuju denganku. Apa yang ingin kulakukan merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi shinobi. Shikamaru, ikutlah denganku. Bersama, bukankah kita bisa menghentikan era perang ini?”



Gengo mengulurkan tangannya.



Jika Shikamaru menerima uluran itu, ia takkan bisa kembali ke rumah.



'Tidak, bukankah aneh jika berpikir untuk kembali?'



'Jika Gengo benar-benar menyatukan seluruh negara, maka itu termasuk dunia shinobi. Jika itu terjadi, maka pasti Naruto, Chouji, Ino, semuanya, ia akan dapat bertemu mereka lagi.'



Tidak, kenyataannya, ia sendiri dapat mengajak mereka, dan mereka dapat ikut membangun dunia shinobi.



“Shikamaru. Jadilah orang kepercayaanku.”



Suara Gengo menekan tulang belakang Shikamaru.



“Aku…”



Shikamaru ingin menerima uluran itu.



Namun…



Ada sebagian diri Shikamaru yang mati-matian mencoba menghentikannya.



“Ikutlah denganku sekarang,” dorong Gengo.



“Ke- Ken…”



Sesuatu dengan kuat menyumbat tenggorokan Shikamaru. Shikamaru berusaha untuk mendorong suaranya melalui sebuah gumpalan asing berduri, dan akhirnya menyemburkan kata-kata itu:



“Kenapa aku harus menjadi bawahan dari seseorang sepertimu?”



“Oh? Untuk berpikir kau telah mendengarkan kata-kataku hingga saat ini, dan masih menolak untuk mengerti. Kau pasti juga merupakan orang yang sangat keras kepala.”



Ada sesuatu yang tak beres.



Di suatu tempat dalam hati Shikamaru, masih ada sesuatu dalam dirinya yang tak mempercayai Gengo. Sebagian dirinya mengatakan bahwa bukanlah ide yang bagus untuk menyerahkan diri kepada pria ini. Tak ada kata-kata yang berasalasan atapun penjelasan. Hanya sebagian dirinya tak bisa menahan ini. Sebuah perasaan buruk.



Setiap bagian dirinya yang lain benar-benar yakin bahwa Gengo memiliki gagasan yang benar.



“Baiklah kalau begitu, kita akan melakukan ini…”



Gengo mengangguk ke arah penjaga di samping Shikamaru, dan kemudian berjalan kembali ke arah tangga.



Para Kakusha yang menjaga Shikamaru hingga kini membuka borgol yang menahan tangan di belakang punggungnya. Hilangnya pembatas yang memaksanya meringkuk membuat tubuhnya lemas dengan kelegaan. Dengan susah payah menahan dirinya agar tak terjatuh ke lantai, ia menahan dirinya dengan tangan kanannya. Ia melihat ke arah Gengo.



Gengo berdiri di dasar tangga, hanya berjarak beberapa meter. Ia merentangkan tangannya ke samping, membebaskan dadanya.



“Jika kau benar-benar tak bisa mempercayaiku, maka bunuhlah aku sekarang.”



“Mem- membunuhmu?” Suara Shikamaru bergetar.



“Tak ada alasan untuk tak mampu mencekikku hingga mati dengan jutsu manipulasi bayanganmu itu. Gunakanlah. Mari kita lihat bagaimana kau membunuhku.”



Kenapa ia begitu yakin saat ia mengatakan pada Shikamaru untuk membunuhnya?



Perasaan gelisah dalam diri Shikamaru perlahan tumbuh.



Ada sesuatu yang hilang, di suatu tempat, ia tak bisa berpikir sebagaimana mestinya, ada sesuatu yang ia lewatkan…



Shikamaru menempatkan tangannya yang gemetar di atas lantai.



Cahaya matahari bersinar melewati jendela besar di sisi ruangan itu. Cahaya yang bersinar terang itu jatuh tepat pada tangan dan tubuh bagian atas Shikamaru, membuat bayangan dengan jelas. Bayangan hitam pekat mulai sedikit bergetar. Getaran itu perlahan meningkat, bayangannya beriak, kemudian bergetar dengan keras seperti mencoba melepaskan diri dari bentuk aslinya.



“Ayo…” Shikamaru memerintah bayangannya dengan suara lemah. Bayangan yang beriak itu berubah menjadi sulur panjang dan gelap yang menuju langsung ke arah Gengo.



“Sekarang, jangan berhenti, Shikamaru!”



Gengo memanggil, matanya menyala terang. Ia terdengar seperti menikmatinya.



Suaranya yang penuh dengan keyakinan menekan Shikamaru dari segala arah.



Banyangannya..



Terhenti.



Bayangan itu berhenti tepat di depan jari kaki Gengo. Tak peduli berapa besar keinginan Shikamaru, bayangan itu takkan bergerak lebih jauh.



“Ada apa?” Tanya Gengo.



“Kenapa kau tidak menggunakan bayanganmu?”



'Mengapa bayangannya tak bergerak?'



'Sesuatu yang aneh, sesuatu yang janggal, sesuatu yang tak beres …'



'Pikir, pikir, pikir, pikir…'



'Berpikir, Shikamaru!'



'Mengapa kau tak menyadarinya?'



Kepalanya terasa seperti akan meledak.



Rou dan Soku…



Perasaan di dalam dirinya ada karena mereka.



'Rou dan Soku. Mereka berdua merupakan anggota Anbu yang berdedikasi, memiliki kesetiaan yang besar bahkan di bawah paksaan… lalu kenapa mereka berdua menerima kata-kata Gengo dengan cepat dan mudah?'



'Setelah mengalami penyiksaan dibawah perintah Gengo, kenapa mereka tak sama sekali merasakan kebencian?'



'Untuk mengubah perasaan mereka menjadi rasa kagum dengan begitu mudah—merupakan hal yang tak mungkin.'



'Pasti ada sebuah trik. Sebuah trik.'



Satu kata dengan jelas muncul di pikiran Shikamaru.



'Genjutsu…'



'Genjutsu lah yang memanipulasi pikiranmu dan dirimu ke dalam delusi. Rou dan Soku tampak seperti berada dalam genjutsu.'



Dalam kasus itu, maka apakah Shikamaru juga berada dalam genjutsu?



Itu merupakan kemungkinannya.



Tapi, genjutsu merupakan sebuah doujutsu, teknik yang berakar pada mata. Contoh utamanya adalah Klan Uchiha dari Konoha, dan mata sharingan mereka yang spesial, sebuah garis keturunan yang membuat mereka dapat menenggelamkan lawan mereka ke dalam genjutsu



Kejadian di alun-alun itu. Saat itu, sesuatu melemahkan jutsu Rou dan menguak keberadaan mereka pada Gengo. Hal itu tak mungkin merupakan doujutsu, karena hingga Gengo berbicara dan memanggil mereka ‘tikus’, tak satupun yang melihat langsung mata Gengo. Kontak mata dengan lawanmu merupakan syarat yang absolut dalam doujutsu. Tak ada kemungkinan ia membuat kontak mata dengan mereka saat itu.



Lalu apa yang menghasilkan genjutsu pada Shikamaru dan yang lainnya?



Ia tak dapat berpikir. Pemikirannya melamban.



kaat kau terjebak dalam genjutsu, kau selalu membutuhkan seseorang untuk membantumu keluar dari jutsu itu. Namun kedua rekannya sudah berada dalam genggaman Gengo.



Shikamaru merasa seperti berjalan melewati rawa yang dalam dan keruh, perlahan tenggelam lebih dalam dan lebih dalam lagi. Pada akhirnya, ia tahu bahwa kepalanya juga akan tenggelam.



Sebentar lagi, ia akan benar-benar berada dibawah pengaruh Gengo.



“Aku benar-benar tidak bisa menahan ini…” Pikiran Shikamaru mulai tak berdaya.



Gengo memandangnya dengan tatapan kemenangan. Bahkan kini, bayangan Shikamaru bergetar tak lebih beberapa inchi dari kaki pria itu.



“Tidakkah kau ingin menyerah sekarang?”



Suaranya begitu lembut dan menenangkan. Shikamaru dapat merasakan seluruh tubuhnya meleleh karena kehangatan suara itu. Sisa-sisa kesadarannya mulai menurun…



'Kemampuan genjutsu Gengo yang sebenarnya…'



Jawaban samar-samar telah terbentuk dalam pikiran Shikamaru, namun sebelum hal itu dapat menjadi wujud yang jelas, ia menghapusnya dengan keinginannya sendiri.



Ia sudah tak peduli lagi..

Share this post

About Naveed Iqbal

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim venenatis fermentum mollis. Duis vulputate elit in elit. Follow him on Google+.

0 comments:

About-Privacy Policy-Contact us
Copyright © 2013 Baca Komik.
Powered by Themes24x7 .
back to top